Manado, Voxsulut. Com –
Ambruknya bangunan pengendali banjir sungai Ongkak tepatnya di Dumoga mendapat perhatian dari DPRD Provinsi Sulawesi Utara (Sulut). Senin, (25/7) Komisi III bersama dengan perwakilan anggota DPRD dari Dapil Bolaang Mongondow Raya (BMR) Julius Jems Tuuk melakukan rapat dengar pendapat (RDP) dengan Balai Wilayah Sungai (BWS) Sulawesi I yang dihadiri langsung oleh kepala BWS Sulawesi I, I Komang Sudana.
Pihak DPRD dihadiri oleh ketua Komisi III Berty Kapojos, Amir Liputo, Ronald Sampel, Boy Tumiwa, Ayub Ali, Serly Tjanggulung serta perwakilan DPRD Dapil BMR Julius Jems Tuuk.
Dalam RDP tersebut, DPRD memprtanyakan kepada pihak BWS terkait dengan ambruknya bangunan pengendali banjir sungai Ongkak yang baru selesai di buat dengan nilai kontrak 29,6 Miliar tersebut. Di jelaskan bahwa karena ambruknya bangunan tersebut akan berakibat fatal jika nantinya terjadi intensitas hujan lebat yang dapat berakibat banjir dan membahayakan pemukiman warga.
“Ini merupakan fungsi Kontrol oleh DPRD Provinsi Sulawesi Utara,” Kata Amir saat memimpin rapat tersebut. Jems Tuuk pun juga mempertanyakan perihal pihak BWS dalam pengawasan terhadap proyek tersebut.
Kepala BWS, I Komang Sudana dalam penjelasannya menyebut bahwa ambruknya bangunan pengendali banjir tersebut telah menjadi perhatian pihak BWS Sulawesi I. Pihak pengelola jasa yaitu PT. Siltro Putra Mandiri pun didesak BWS untuk segera memperbaiki bangunan pengendali banjir yang ambruk tersebut.
Namun demikian, Sudana menyebutkan bahwa untuk perbaikannya masih memerlukan waktu karena sheet pile atau CCSP harus dikirim dari Makasar. Dan saat ini, pihak penyedia jasa masih menunggu CCSP tersebut untuk melakukan pekerjaan perbaikan.
“CCSP ini nanti tiba akhir Juli ini. Ketika itu sudah sampai Kami akan segera minta pihak pengelola jasa untuk melakukan action di lapangan. Direncanakan awal Agustus ini sudah dikerjakan dan bulan Agustus semuanya selesai diperbaiki,” Jelas Sudana.
Pihaknya, ditegaskan Sudana akan melakukan monitoring-monitoring terkait dengan pekerjaan perbaikan ini. Bahkan Sudana akan memastikan bahwa pihak pengelola jasa akan membuat drainase yang akan menampung air dari pemukiman warga untuk mengantisipasi kerusakan laiinnya.
“Sehingga diharapkan, kedepan tidak terjadi lagi kejadian serupa,” Ucap Sudana.
Dijelaskan sebelumnya, bahwa kronologi ambruknya bangunan penahan banjir tersebut dikarenakan curah hujan yang tinggi pada tanggal 16 Juni 2022 sehingga air dengan volume besar yang masuk ke drainase yang berada di area tembok penahan sheet pile melebihi beban.
Akibatnya tembok penahan sheet pile mengalami kerusakan sebanyak 16 buah sheet pile (16 meter) patah. Serta 25 buah sheet pile miring ke arah sungai dan retak pada caping beam sebanyak 8 buah. (FalenJaksen)